Saya baru mengerti mengapa saya
disekolahkan oleh keluarga saya. Selain untuk mengenyam pendidikan untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik (terutama dalam luasnya khazanah
pengetahuan), namun faktor yang paling ditekankan adalah untuk membentuk jalan
pikir seseorang.
Mari
kita bandingkan dua orang yang berpendidikan sama dengan yang tidak
berpendidikan. Kebetulan saya mengenali keduanya:
A
adalah seorang pengusaha. Ia adalah ibu dari dua orang anak. A alumni ITB, bisa
bahasa Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, dan Jepang. Selain pendidikan yang
baik, A juga memiliki keahlian terutama dalam bidang seni. Seni inilah yang
mengantarkannya ke luar negeri. Latar belakang A adalah A
dilahirkan dikeluarga yang berpendidikan. Keduanya orang tuanya berprofesi
sebagai dosen di universitas ternama di Bandung. Dan saat ini, suaminya pun
seorang dosen di universitas sangat ternama di Bandung. Heu heu.
B adalah
seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai pelatih model anak kecil. Ia
juga ibu dari dua orang anak. B keluaran SMA dan tidak bisa berbicara asing.
Dan suaminya bekerja di A.
A
memiliki ambisi bisnis yang sangat besar sedangkan B memiliki ambisi
mengeluarkan uang sangat cepat. Namun sayang, mungkin harapan B memiliki suami
kaya tidak tercapai, B sering stress dan memiliki tekanan darah tinggi.
Belakangan ini sering terjadi KDRT. Sering memaki, saling menganjingi, beradu
kekuatan fisik, dituduh selingkuh, dan lainnya. Pernah pundung kembali ke
kampung halamannya, namun akhirnya balik ke Bandung juga.
Suatu
saat, A mengusulkan agar menyekolahkan anak B karena anak B hanya sampai SMA.
Namun B malah berkata, “Alaaah, sok mau menyekolahkan. Kesinikan saja
duitnya!”. Tentu saja A sakit hati dan tidak jadi menyekolahkan anaknya.
Perlu
dicermati, wahai pembaca, tentang apa yang dikatakan B berdasarkan latar
belakang pendidikannya. Setelah lulus SMA, B menikah dan tidak mengenyam
pendidikan atau pelatihan apa-apa. Jalan pikirannya sempit, hanya bagaimana
cara mendapatkan uang dan bagaimana menghabiskannya. Ia tidak memikirkan sebuah
proses panjang namun akan berbuah hasil yang baik (dan tidak melulu uang) yang
bernama pendidikan. Contohnya manusia belajar matematika dari akar, aljabar,
logaritma, dan integral dengan cara manual bukan semata-mata untuk berhadapan
dengan masalah yang akan ditemui sehari-hari. Hey, sekarang sudah ada
kalkulator! Tapi matematika dimaksudkan untuk membentuk jalan pikir seseorang
untuk menyelesaikan masalah. Manusia diajarkan membalikan keadaan/situasi dalam
pikirannya untuk melihat akar masalahnya dimana.
Yang
saya perhatikan, walaupun tidak semua, orang yang berpendidikan jarang
melakukan kekerasan. Orang yang berpendidikan kebanyakan menggunakan cara yang
tidak kotor misalnya korupsi, menipu orang, stab from the back, dan lainnya.
Mereka melakukan itu karena mereka tahu strateginya. Ya memang ada saja sih,
tapi kalau diperhatikan lebih teliti, di berita kriminal itu kan kebanyakan
dilakukan oleh orang yang menengah ke bawah karena masalah ekonomi sehingga
tidak bisa sekolah tinggi. Mereka yang ingin mendapatkan uang secara cepat,
dengan menggunakan cara kotor, mereka membunuh atau mencuri. Mereka yang ingin
dipuaskan secara seksual, memperkosa orang lain. Tidak bisa membayar pelacur,
ya terpaksa anaknya. Menurut saya, ini dikarenakan jalan pikir yang dangkal dan
mau enaknya mendapatkan sesuatu. Seperti yang Anda tahu, wahai pembaca, biaya
semester kuliah itu sangat mahal! Katanya negeri, tapi bayarnya sama seperti
swasta. Ironis, pendidikan hanya bisa dikenyam oleh orang kaya. Sekedar modal
motivasi saja tidak bisa karena untuk mendapatkan beasiswa, orang harus pintar.
Maksud
saya menceritakan ini adalah jika manusia Indonesia tidak berpendidikan karena
mahalnya biaya pendidikan, ini bisa gawat! Padahal, menurut KKBI, pendidikan
artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jika tidak
berpendidikan, mereka akan berpikiran X=Y, Y=Z, maka X=Z padahal tidak
selamanya X=Z. Oh pemerintah, tolonglah turunkan harga pendidikan. Jangan
premium saja yang diturunkan lima ratus rupiah.
No comments:
Post a Comment