Flagh effect

Wednesday, January 18, 2012

Pentingnya Pendidikan

Saya baru mengerti mengapa saya disekolahkan oleh keluarga saya. Selain untuk mengenyam pendidikan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik (terutama dalam luasnya khazanah pengetahuan), namun faktor yang paling ditekankan adalah untuk membentuk jalan pikir seseorang.
Mari kita bandingkan dua orang yang berpendidikan sama dengan yang tidak berpendidikan. Kebetulan saya mengenali keduanya:
A adalah seorang pengusaha. Ia adalah ibu dari dua orang anak. A alumni ITB, bisa bahasa Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, dan Jepang. Selain pendidikan yang baik, A juga memiliki keahlian terutama dalam bidang seni. Seni inilah yang mengantarkannya ke luar negeri. Latar belakang A adalah A dilahirkan dikeluarga yang berpendidikan. Keduanya orang tuanya berprofesi sebagai dosen di universitas ternama di Bandung. Dan saat ini, suaminya pun seorang dosen di universitas sangat ternama di Bandung. Heu heu.
B adalah seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai pelatih model anak kecil. Ia juga ibu dari dua orang anak. B keluaran SMA dan tidak bisa berbicara asing. Dan suaminya bekerja di A.
A memiliki ambisi bisnis yang sangat besar sedangkan B memiliki ambisi mengeluarkan uang sangat cepat. Namun sayang, mungkin harapan B memiliki suami kaya tidak tercapai, B sering stress dan memiliki tekanan darah tinggi. Belakangan ini sering terjadi KDRT. Sering memaki, saling menganjingi, beradu kekuatan fisik, dituduh selingkuh, dan lainnya. Pernah pundung kembali ke kampung halamannya, namun akhirnya balik ke Bandung juga.
Suatu saat, A mengusulkan agar menyekolahkan anak B karena anak B hanya sampai SMA. Namun B malah berkata, “Alaaah, sok mau menyekolahkan. Kesinikan saja duitnya!”. Tentu saja A sakit hati dan tidak jadi menyekolahkan anaknya.
Perlu dicermati, wahai pembaca, tentang apa yang dikatakan B berdasarkan latar belakang pendidikannya. Setelah lulus SMA, B menikah dan tidak mengenyam pendidikan atau pelatihan apa-apa. Jalan pikirannya sempit, hanya bagaimana cara mendapatkan uang dan bagaimana menghabiskannya. Ia tidak memikirkan sebuah proses panjang namun akan berbuah hasil yang baik (dan tidak melulu uang) yang bernama pendidikan. Contohnya manusia belajar matematika dari akar, aljabar, logaritma, dan integral dengan cara manual bukan semata-mata untuk berhadapan dengan masalah yang akan ditemui sehari-hari. Hey, sekarang sudah ada kalkulator! Tapi matematika dimaksudkan untuk membentuk jalan pikir seseorang untuk menyelesaikan masalah. Manusia diajarkan membalikan keadaan/situasi dalam pikirannya untuk melihat akar masalahnya dimana.
Yang saya perhatikan, walaupun tidak semua, orang yang berpendidikan jarang melakukan kekerasan. Orang yang berpendidikan kebanyakan menggunakan cara yang tidak kotor misalnya korupsi, menipu orang, stab from the back, dan lainnya. Mereka melakukan itu karena mereka tahu strateginya. Ya memang ada saja sih, tapi kalau diperhatikan lebih teliti, di berita kriminal itu kan kebanyakan dilakukan oleh orang yang menengah ke bawah karena masalah ekonomi sehingga tidak bisa sekolah tinggi. Mereka yang ingin mendapatkan uang secara cepat, dengan menggunakan cara kotor, mereka membunuh atau mencuri. Mereka yang ingin dipuaskan secara seksual, memperkosa orang lain. Tidak bisa membayar pelacur, ya terpaksa anaknya. Menurut saya, ini dikarenakan jalan pikir yang dangkal dan mau enaknya mendapatkan sesuatu. Seperti yang Anda tahu, wahai pembaca, biaya semester kuliah itu sangat mahal! Katanya negeri, tapi bayarnya sama seperti swasta. Ironis, pendidikan hanya bisa dikenyam oleh orang kaya. Sekedar modal motivasi saja tidak bisa karena untuk mendapatkan beasiswa, orang harus pintar.
Maksud saya menceritakan ini adalah jika manusia Indonesia tidak berpendidikan karena mahalnya biaya pendidikan, ini bisa gawat! Padahal, menurut KKBI, pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jika tidak berpendidikan, mereka akan berpikiran X=Y, Y=Z, maka X=Z padahal tidak selamanya X=Z. Oh pemerintah, tolonglah turunkan harga pendidikan. Jangan premium saja yang diturunkan lima ratus rupiah.

No comments:

Post a Comment