Flagh effect

Monday, January 30, 2012

Cara Install Linux UBUNTU 10.10



Disini saya mencoba membuat tutorial cara meng-install LINUX UBUNTU Versi 10.10, prosedurnya masih mirip dengan versi-versi seblumnya, hanya ada sedikit perbedaan, pada saat install dari awal, kita sudah bisa mengatur konfigurasi sambungan ke internet, sehingga pada saat install, kita langsung bisa memasukkan Update nya.
Mohon maaf jika gambar-gambar yang ditampilkan sedikit distorsi, dikarenakan pengambilan gambar cuma menggunakan kamera ponsel. Semoga tutorial ini dapat memberi pencerahan kepada rekan-rekan pembaca setia Blog saya ini. Sebelu memulai anda harus punya CD Installer nya yaa.. bagi yang belum punya, silahkan deh http://www.ubuntu.com/download/ubuntu/download. Setelah di download, anda harus mem-burning image file nya ke piringan CD, kalau anda kesulitan, silahkan deh menghubungi saya lewat email yaa wachyou.93.10@gmail.com.
Kita lanjutkan deh dengan prosedurnya :
1. Hidupkan komputer atau laptop anda,
2. Pastikan First Boot nya adalah CD atau DVD ROM DRIVE anda (atur melalui Setup BIOS)
3. Masukkan CD Install LINUX anda
4. Tunggu sampai Installer LINUX anda sudah dimuat, indikator nya adalah tampilan seperti gambar berikut :
5. Klik Install Ubuntu, jika anda hanya ingin mencoba tanpa install ke kompie, silahkan klik Try Ubuntu, jangan khawatir… hard disk tetap tidak terganggu, system operasi anda masih tetap eksis.
Setelah Install Ubuntu anda klik, muncul tampilan seperti berikut :
6. Klik Forward. Muncul tampilan seperti berikut :
7. Klik radio button pada Specify partition manually, ini harus dipilih agar kita bisa mengatur sendiri di partisi mana Ubuntu akan ditempatkan, apalagi jika anda sudah meng-install sistem operasi lain. Berikutnya muncul :
Pada tampilan diatas jangan langsung klik Install Now, tapi perhatikan partisi-partisi yang ada, pilihlah partisi yang Free Space, sebagai contoh di sini saya menggunakan partisi keempat. Saya sudah mempersiapkan hard disk saya dengan 4 partisi (1 : Windows 7, 2 : Windows XP, 3: Khusus Data, 4 : Free Partisi).
Pada partisi keempat yang saya pilih, kapasitasnya adalah 20 GB, partisi ini saya bagi 2 lagi, 15 GB untuk sistem nya, lalu sisanya 5 GB untuk Swap Area (Swap area bermanfaat untuk membuat virtual memory alias memory tambahan, biasanya ber-ukuran 2 x jumlah memory fisik /RAM anda). Langkah membuat partisinya lihat caranya sebagai berikut :
8. Klik tombol Add, lalu masukkan nilai besaran kapasitas partisi, contohnya 15000, kemudian di bagian Use As pilih Ext4 journaling file system, kemudian bagian mount point nya pilih “/” (root). Lihat gambar :
Klik tombol OK.
9. Lanjutkan dengan pembuatan partisi untuk Swap Area, pilih free space berikut :
10. Klik tombol Add, biarkan linux yang menentukan besaran kapasitasnya yaitu sisa dari partisi root tadi, lalu pilih Swap dibagian Use as, lalu klik OK
Kembali ke awal, lanjutkan dengan memilih partisi Root untuk lalu klik Install Now.
11. Pilih area lokasi anda yaitu Jakarta, lihat gambar :
12. Klik tombol Forward
13. Pilih keyboard layout yaitu USA :
Klik tombol Forward.
14. Lanjutkan dengan memasukkan data-data nama, login name, dan password anda, seperti contoh berikut :
Klik Forward.
Sampai muncul Installation Complete :
Klik tombol Restart Now.
Ubuntu melakukan proses Loading, sampai di sini anda sudah selesai meng-install LINUX UBUNTU Versi 10.10. Semoga berhasil dan bermanfaat bagi anda. Silahkan datang ke saya, jika anda kurang jelas.

Wednesday, January 18, 2012

Pentingnya Pendidikan

Saya baru mengerti mengapa saya disekolahkan oleh keluarga saya. Selain untuk mengenyam pendidikan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik (terutama dalam luasnya khazanah pengetahuan), namun faktor yang paling ditekankan adalah untuk membentuk jalan pikir seseorang.
Mari kita bandingkan dua orang yang berpendidikan sama dengan yang tidak berpendidikan. Kebetulan saya mengenali keduanya:
A adalah seorang pengusaha. Ia adalah ibu dari dua orang anak. A alumni ITB, bisa bahasa Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, dan Jepang. Selain pendidikan yang baik, A juga memiliki keahlian terutama dalam bidang seni. Seni inilah yang mengantarkannya ke luar negeri. Latar belakang A adalah A dilahirkan dikeluarga yang berpendidikan. Keduanya orang tuanya berprofesi sebagai dosen di universitas ternama di Bandung. Dan saat ini, suaminya pun seorang dosen di universitas sangat ternama di Bandung. Heu heu.
B adalah seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai pelatih model anak kecil. Ia juga ibu dari dua orang anak. B keluaran SMA dan tidak bisa berbicara asing. Dan suaminya bekerja di A.
A memiliki ambisi bisnis yang sangat besar sedangkan B memiliki ambisi mengeluarkan uang sangat cepat. Namun sayang, mungkin harapan B memiliki suami kaya tidak tercapai, B sering stress dan memiliki tekanan darah tinggi. Belakangan ini sering terjadi KDRT. Sering memaki, saling menganjingi, beradu kekuatan fisik, dituduh selingkuh, dan lainnya. Pernah pundung kembali ke kampung halamannya, namun akhirnya balik ke Bandung juga.
Suatu saat, A mengusulkan agar menyekolahkan anak B karena anak B hanya sampai SMA. Namun B malah berkata, “Alaaah, sok mau menyekolahkan. Kesinikan saja duitnya!”. Tentu saja A sakit hati dan tidak jadi menyekolahkan anaknya.
Perlu dicermati, wahai pembaca, tentang apa yang dikatakan B berdasarkan latar belakang pendidikannya. Setelah lulus SMA, B menikah dan tidak mengenyam pendidikan atau pelatihan apa-apa. Jalan pikirannya sempit, hanya bagaimana cara mendapatkan uang dan bagaimana menghabiskannya. Ia tidak memikirkan sebuah proses panjang namun akan berbuah hasil yang baik (dan tidak melulu uang) yang bernama pendidikan. Contohnya manusia belajar matematika dari akar, aljabar, logaritma, dan integral dengan cara manual bukan semata-mata untuk berhadapan dengan masalah yang akan ditemui sehari-hari. Hey, sekarang sudah ada kalkulator! Tapi matematika dimaksudkan untuk membentuk jalan pikir seseorang untuk menyelesaikan masalah. Manusia diajarkan membalikan keadaan/situasi dalam pikirannya untuk melihat akar masalahnya dimana.
Yang saya perhatikan, walaupun tidak semua, orang yang berpendidikan jarang melakukan kekerasan. Orang yang berpendidikan kebanyakan menggunakan cara yang tidak kotor misalnya korupsi, menipu orang, stab from the back, dan lainnya. Mereka melakukan itu karena mereka tahu strateginya. Ya memang ada saja sih, tapi kalau diperhatikan lebih teliti, di berita kriminal itu kan kebanyakan dilakukan oleh orang yang menengah ke bawah karena masalah ekonomi sehingga tidak bisa sekolah tinggi. Mereka yang ingin mendapatkan uang secara cepat, dengan menggunakan cara kotor, mereka membunuh atau mencuri. Mereka yang ingin dipuaskan secara seksual, memperkosa orang lain. Tidak bisa membayar pelacur, ya terpaksa anaknya. Menurut saya, ini dikarenakan jalan pikir yang dangkal dan mau enaknya mendapatkan sesuatu. Seperti yang Anda tahu, wahai pembaca, biaya semester kuliah itu sangat mahal! Katanya negeri, tapi bayarnya sama seperti swasta. Ironis, pendidikan hanya bisa dikenyam oleh orang kaya. Sekedar modal motivasi saja tidak bisa karena untuk mendapatkan beasiswa, orang harus pintar.
Maksud saya menceritakan ini adalah jika manusia Indonesia tidak berpendidikan karena mahalnya biaya pendidikan, ini bisa gawat! Padahal, menurut KKBI, pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jika tidak berpendidikan, mereka akan berpikiran X=Y, Y=Z, maka X=Z padahal tidak selamanya X=Z. Oh pemerintah, tolonglah turunkan harga pendidikan. Jangan premium saja yang diturunkan lima ratus rupiah.

Apa itu Green Computing ?

Apa itu Green Computing? Seperti apa sih bentuknya? Apakah ini ada hubungannya dengan isu seputarGlobal Warming? Apakah ini juga sebuah program ramah lingkungan? Seperti inilah pemikiran saya ketika pertama kali mendengar istilah asing tersebut. Nah, hal itulah juga yang membuat saya ingin mengikuti sebuah seminar bertajuk “Green Computing : ICT Concern Towards Energy” beberapa waktu lalu. Saya memang cukup tertarik dengan hal-hal yang berbau lingkungan hidup dan isu-isu Global Warming. Pada akhirnya saya berkesempatan mengikuti acara tersebut dan tentu saja banyak hal yang saya dapatkan dari sana. Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya akan sedikit berbagi tentang apa itu Green Computing dan hal-hal apa saja yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan Green Computing itu sendiri.
Sejauh ilmu yang saya ketahui, istilah “green” sendiri jika di-Indonesia-kan berarti “hijau”, dan makna tersebut dalam kehidupan social sering dikaitkan dengan makna “ramah lingkungan”. Istilah “green” sendiri itu banyak muncul ketika dunia digemparkan setengah mati dengan isu pemanasan global (Global Warming). Nah, sejak saat itulah istilah “green” banyak dipakai untuk mempromosikan sebuah solusi terhadap Global Warming tersebut. Kemudian muncul berbagai istilah seperti green car, green technology, green house, dll. Yang itu semua berfokus kepada lingkungan.
Menurut beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, emisi karbon di bumi untuk setiap tahunnya akan terus meningkat. Sebagai bukti di tahun 1840, pertumbuhan CO2 di atmosfer sebanyak 240 ppm. Hingga tahun 2005, kadar tersebut bertambah menjadi 390 ppm dan diramalkan lima tahun kemudian sejak 2005 kadar tersebut berada pada kisaran 550 ppm.Lalu apa yang terjadi?Nah, perlu diketahui juga bahwa perubahan kadar 550 ppm itu setara dengan perubahan -6 derajat iklim di dunia. Wooow, berarti dapat ditaksir bahwa kurang lebih 3 km es di Eropa akan mencair sebanyak itu! Apa jadinya dunia kalo setiap tahun selalu bertambah dan semua lapisan es di kutub mencair??? Benar, kawan, pulau-pulau akan tenggelam oleh air es yang mencair. Semoga saja jangan sampai terjadi terus-menerus. Next…

Oke, itu tadi hanya sebuah intermezzo saja. Kita kembali ke permasalahan, cikal bakal Green Computing itu sendiri ternyata sudah diawali sejak tahun 1992, yaitu dengan dikeluarkannya program Energy Star oleh US Enviromental Protection Energy. Program tersebut merujuk pada produksi barang-barang elektronik yang ramah lingkungan dan hemat energy, seperti pada monitor, pengontrol iklim, dan teknologi lain. Barang-barang tersebut diuji oleh lembaga terkait dan jika lulus uji akan mendapatkan tanda seperti tampak di bawah. ya, memang benar, saya beberapa kali melihat perangkat yang ada logonya seperti itu, kalo ga salah banyak terdapat di monitor-monitor komputer jenis CRT.
Istilah Green Computing pada akhirnya muncul dan merujuk ke konsumsi energy pada produk computing (produk komputasi, dalam artian mesin-mesin yang berbau komputasi). Definisi Green Computing menurut beberapa ahli yaitu :
- How to use your computer more sustainably (Young Yi)
- Information technology that is environmental friendly and energy efficient (Wachara Chantatub)
- The study and practice of using computing resources efficiently (Rawan M. Al-Ghofaili)
- Reduce the increasing amount of useless data/work (Jordi Torres).
Itulah sedikit pengantar mengenai apa itu Green Computing.Pada intinya istilah Green Computing adalah tentang bagaimana kita menggunakan perangkat elektronik yang kita miliki ramah lingkungan dan hemat. Hemat disini mengandung arti yang sangat luas, artinya dapat berarti hemat dalam penggunaan, hemat energy, hemat waktu, hemat resource yang dibutuhkan, dan masih banyak yang lainnya. Tentunya Green Computing adalah sesuatu yang positif bukan? Pertanyaan selanjutnya yang muncul yaitu bagaimana cara kita turut andil dalam kampanye Green Computing ini?
Masih mau lanjut, silakan baca postingan saya yang lain tentang Green Computing, cheers...

Tuesday, January 17, 2012

Who Am I?

Tidak salah, saya adalah seorang mahasiswa tingkat awal semester 1 ketika tulisan ini dibuat. Sudah enam bulan lebih saya menempuh studi di lain kota di mana tempat saya lahir dan dibesarkan. Dulu ketika pertama kali saya menjejakkan kaki di kampus ini, saya mulai hidup prihatin, jauh dari orang tua dan melakukan segalanya secara mandiri. Memang sudah saatnya saya berlaku demikian. Saya bertanya kepada ayah saya yang dulu juga pernah merasakan kuliah dan ia pun melakukan hal yang sama. Betapa ia adalah ayah yang hebat bagi saya, berjuang untuk meraih yang terbaik dari nol hingga menjadi seperti sekarang ini. Ia selalu tegar menghadapi semua itu dan menjalaninya dengan rasa prihatin apa pun keadaannya. Itu semua dicontohkan kepada kami sebagai putra-putra terbaiknya agar bisa menjadi teladan di kemudian hari‘
Saya merasa beruntung mempunyai orang tua yang tegas, selalu membimbing saya ke arah yang benar, meskipun terkadang harus melawan ego. Saya terkadang teringat pesan orang tua untuk selalu hidup sederhana dan tidak bermewah-mewahan. Hampir kurang lebih satu setengah tahun saya beranikan diri untuk pergi ke kampus bolak-balik dengan berjalan kaki setiap hari. Jarak tempat kos dan kampus tidak terlalu jauh, jika dihitung sekitar satu kilometer. Saya tidak pernah mengeluh dengan keadaan ini, karena saya sudah terbiasa. Sejak di jenjang SMP hingga SMA saya selalu mengendarai sepeda onthel setiap hari ke sekolah, meskipun kami mempunyai sebuah sepeda motor.
Perasaan iri melihat teman-teman atau orang lain yang lebih hebat pasti selalu ada. Justru semakin saya melihat perbedaan-perbedaan itu, saya menjadi semakin terbiasa dan berusaha memahami keadaan. Bukan berarti kami adalah orang tak mampu, tetapi lebih kepada moral kebenaran  yang harus dijaga. Saya menjadi lebih peka kepada lingkungan sosial, betapa banyak orang yang nasibnya lebih buruk dari kita, sementara orang-orang di sana “sliwar sliwer” tak bertanggung jawab dan adu kehebatan tanpa berkaca diri. Saya kira hal-hal semacam ini sulit dilakukan orang lain, terlebih mereka-mereka yang mudah terpengaruh lingkungan, ibaratnya “buah jatuh pasti tak jauh dari pohonnya”.
Pengemis Lebih Buruk Dari Kita
Hari demi hari saya jalani dengan segala tantangan, berfokus pada kuliah, mencoba hal-hal baru, dan menata hidup secara seimbang. Berusaha menjauhi sikap bermalas-malasan dan melakukan kegiatan dengan pikiran positif. Semua membuat kehidupan saya lebih berwarna, ada kalanya harus jatuh dirundung duka, juga ada kalanya harus bangga ketika berdiri tegak di puncak. Saya berprinsip bahwa nasib kita ditentukan oleh diri kita sendiri, mana yang harus kita pilah sebagai kebenaran dan mana yang harus dijauhi sebagai kebusukan. Saya tidak perlu melakukan hal yang sama persis dengan sesuatu yang pernah dilakukan orang lain dan juga tidak harus selalu menerima pandangan serta pendapat orang lain.
Lebih baik mencoba menyanggah, meskipun pendapat kita belum tentu benar bagi orang lain. Ini lebih baik daripada kita terpaksa berpangku tangan menerima alasan dan pendapat orang lain. Karena pada dasarnya penyeragaman pandangan yang satu arus rentan akan tindakan konyol yang terkadang dilakukan secara berjamaah. Saya tak perlu menjabarkan lebih jauh tentang ini. Barangkali sudah banyak dicontohkan oleh pemimpin-pemimpin negeri ini yang bersembunyi di balik tirai kepalsuan. Juga pemikiran orang-orang mainstream yang gaya bicaranya tidak lebih dari mengaumkan kemunafikan yang tidak lucu sama sekali.
Jika kita lebih jeli melihat dunia yang lebih luas lagi, salah satu faktor tidak majunya negara ini adalah karena orang-orang kita yang mudah diperalat. Kejeniusan mereka dimanfaatkan orang lain yang dianggap mempunyai derajat lebih tinggi, padahal kita bisa melakukannya sendiri. Faktanya banyak tenaga ahli Indonesia yang hanya dikategorikan ke dalam kelas pekerja. Posisi-posisi seperti CEO, manager, atasan, dsb. yang kastanya lebih tinggi diduduki orang asing, terutama perusahaan-perusahaan asing yang melakukan investasi tanpa pandang bulu di negeri ini. Padahal yang diolah oleh perusahaan-perusahaan tersebut adalah murni hasil kekayaan sumber daya alam Indonesia.
Suasana Kerja yang Nyaman
Beberapa waktu yang lalu saya sempat magang di salah satu penyedia ISP. Saya sangat beruntung karena sumber daya manusia yang digunakan di tempat tersebut adalah orang-orang asli Indonesia yang pantang menyerah membangun infrastruktur di bidang kemajuan teknologi. Banyak pelajaran yang saya ambil dari sana, terutama dalam hal suasana bekerja. Tekun, disiplin, dan tidak individualis, semua berusaha melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Pimpinan tidak segan untuk berbaur kepada bawahannya, bahkan sulit membedakan mana yang berposisi sebagai pimpinan, karyawan, maupun pekerja fisik. Mungkin inilah yang harus dicontoh oleh para pemuda Indonesia yang nantinya akan meniti karir di dunia kerja.
Lulusan mahasiswa seharusnya adalah roda penggerak utama kemajuan suatu bangsa, karena darinya akan muncul generasi pengikut yang juga akan meniru dan melestarikan usaha-usaha pendahulunya. Dibutuhkan orang-orang yang bekerja keras dan selalu semangat dalam menghadapi dunia kerja. Tidak ada lagi kata “malas” untuk mencari-cari alasan. Jika jatuh maka segera bangkit dan lawan rintangan-rintangan di depan. Dengan demikian, suatu saat nanti bangsa kita menjadi bangsa yang kuat, karena sudah sering ditempa untuk pantang menyerah. Untuk semua mahasiswa Indonesia, marilah mulai dari diri kita sendiri menentukan pilihan terbaik untuk kemajuan bangsa kita, kita adalah citra luhur yang dihormati masyarakat, jangan jadi pecundang yang hanya bisa diperalat. Kita adalah legenda, suatu saat nanti…